MUTIARA-MUTIARA
IMAMAT SANTO YOHANES MARIA VIANNEY[2]
Dari kisah hidup imamat Santo Yohanes Maria Vianney di atas,
Beato Paus Yohanes XXIII mengangkat beberapa poin penting yang sangat berguna
bagi kehidupan imamat di jaman sekarang, yakni:
Pertama,
Perihal Askese Keimanan. Santo Yohanes Maria Vianney merupakan gambaran
seorang imam yang bermatiraga dengan sangat luar biasa. Ia berpantang makan dan
tidur dan dengan sukarela menyiksa tubuhnya sendiri dengan kejam semata-mata
demi pertobatan orang-orang berdosa. Ia kejam terhjadap diri sendiri, namun
lemah lembut terhadap orang lain.
Berkaitan dengan hal ini, Beato Giovanni XXIII menandaskan
kekeliruan yang sering terjadi yakni pandangan bahwa imam sekular tidak harus
menjalakan nasihat-nasihat injili seperti para biarawan. Melihat teladan hidup
Santo Yohanes Maria Vianney, Beato Giovanni berpesan bahwa sebenarnya para imam
sekular justru harus memiliki kesucian batin yang lebih besar daripada yang
sewajarnya harus dimiliki oleh seorang biarawan karena pelaksaan tugas-tugas
kewajiban imam sekular memiliki tantangan yang lebih besar.
Santo Yohanes Maria Vianney memberikan teladan indah
misalnya dalam kemiskinan dimana ia sungguh-sungguh layak menjadi saingan Santo
Fransiskus Asisi dan memang ia pun menjadi anggota ordonya yang ketiga. Santo
Yohanes Maria Vianney dengan mudah dapat mengatakan kepada orang miskin, “Aku
inipun melarat seperti kamu, aku sekarang menjadi satu dengan kamu.” Dengan
pesannya ini Santo Yohanes Maria Vianney berpesan kepada para imam, “Jika
diantara para imam ada yang secara halal memiliki sedikit hartabenda
perseorangan, janganlah sekali-kali mereka melekat padanya.”
Tentang kemurnian dikatakan bahwa Santo Yohanes Maria
Vianney selalu bermatiraga terhadap dagingnya sendiri. “Cuma ada satu cara
untuk menyerahkan diri kepada Allah ialah melalui pengingkaran diri dan
berkurban.”, kata Santo YMV. Baginya, kemurnian hidup selibat merupakan hiasan
terindah bagi jabatan imamat. Banyak orang bisa merasakan bahwa kemurnian Santo
YMV terpancar dalam sinar matanya.
Dalam hal ketaatan Santo YMV memiliki semboyan ketaatan
sabda Tuhan sendiri, “Barangsiapa mendengarkan kamu, Ia pun mendengarkan Aku”.
Santo YMV benar-benar meyakini bahwa perintah dari Uskup benar-benar datang
dari Allah sendiri. Maka, ia melakukannya dengan sepenuh hati dan kerendahan
hati. Beato Giovanni XXIII menyinggung hal ini secara khusus karena beliau
prihatin dengan bahaya besar yang mengancam Gereja berupa sikap tak mau
diperintah yang terdapat di kalangan rohaniwan, baik di bidang pengajaran
doktrin agama, maupun cara-cara kerasulan, serta dalam tata tertib kegerejaan.
Kedua,
Perihal Doa dan Kebaktian Ekaristi. Santo YMV merupakan seorang imam
yang sadar bahwa seorang imam haruslah pertama-tama menjadi seorang pendoa.
Setiap orang mengetahui bahwa Santo YMV melewatkan waktu malamnya hingga
berlarut-larut di hadapan Sakramen Maha Kudus. Tabernakel menjadi tungku hidup
pribadinya serta kegiatan kerasulannya. St. Pius XII mengungkapkan dengan indah
kesalehan Santo YMV dengan kata-kata, “Pusat hidupnya ialah gerejanya, dan di
dalam gereja itu, tabernakelnya dan tempat pengakuan yang berada di sampingnya,
merupakan tempat jiwa-jiwa yang mati memperoleh hidupnya kembali, sedang yang
sakit memperoleh kesembuhannya. Santo YMV mengatakan, “Apa yang merintangi kita
para imam untuk menjadi suci ialah bahwa kuranglah kita melakukan renungan
batin.” Tidak ada jemu-jemunya Santo YMV berbicara soal sukacita batin dan
manfaat-manfaat doa.
Ketekunan doa menurut Santo YMV merupakan kewajiban bagi
seorang imam demi kesalehan pribadinya. Di tempat utama Ofisi ilahi merupakan
keharusan yang tak dapat ditawar-tawar karena hal itu merupakan sesuatu yang
sudah dijanjikannya kepada Gereja. Boleh jadi justru karena melalaikan beberapa
peraturan inilah, maka setengah rohaniwan sedikit demi sedikit menjadi korban
kegoncangan di luar dirinya, menjadi miskin kehidupan batinnya dan akhirnya
tidak berdaya sama sekali melawan godaan-godaan hidup.
Pastor Ars mengatakan kepada para imam, “Jika Anda
menginginkan supaya kaum beriman berdoa dengan relahati dan saleh, dahuluilah
mereka di dalam Gereja dengan teladanmu, berdoalah untuk mereka. Seorang imam
yang berlutut d hadapan tabernakel dengan sikap yang khidmat, dalam perenungan
yang hangat mempesona, merupakan model pembentukan bagi umat, sekaligus
merupakan pernyataan dan ajakan untuk berlomba-lomba dalam doa.” Inilah senjata
kerasulan tertinggi bagi Pastor Ars. Tambahnya lagi, “Apakah sesungguhnya karya
kerasulan imam, mengingat kegiatan pokoknya, kalau bukan menghimpun umat
mengelilingi Altar dimana Gereja sudah mulai hidup, yaitu umat yang bersatu
dalam iman.”
Santo YMV juga mengingatkan bahwa kekendoran imam adalah
karena imam tak punya perhatian terhadap Misa. Misa Kudus adalah sumber utama
pengudusan pribadi imam. Namun, sayangnya banyak imam yang tidak lagi peduli
dengan misa yang mereka rayakan. Santo YMV senantiasa mencucurkan airmatanya
berlimpah kalau ia mengingat nasib malang imam-imam yang hidupnya tidak sesuai
dengan kekudusan panggilan mereka. Seharusnya para imam secara berkala
menyelidiki dirinya sendiri perihal caranya mempersembahkan misteri-misteri
kudus itu dan tentang keadaan rohani batin mereka di saat naik altar, serta
tentang hasil-hasil yang hendak mereka ambil dari situ.
Ketiga,
Perihal Semangat Kegembalaan. Sabda Tuhan yang menjadi pedoman Pastor
Ars dalam menggembalakan domba-domba yang dipercayakan Yesus kepadanya ialah,
“Tanpa Aku, tak dapatlah kamu berbuat apa-apa” (Yoh 25:15). Bagi Santo YMV,
seorang gembala yang baik ialah gembala yang menuruti idam-idaman hati Allah.
Dan itulah kekayaan paling besar yang dapat dianugerahkan Allah kepada suatu
paroki.
Selama tahun-tahun permulaan ketika berada d Ars Santo YMV
pernah berdoa kepada Tuhan, Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku pertdobatan
untuk parokiku ini, Aku pun rela menderita apa saja yang kau kehendaki selama
hidupku!”. Dan dikabulkanlah pertobatan itu dari surga. Namun kemudian ia
sendiri mengakui, “Tatkala aku datang ke Ars, dan kubayangkan sengsara yang
bakal menimpa diriku itu, maka rasa-rasanya aku akan mati ketakutan seketika
itu juga.”
Santo YMV pernah meratap, “Sungguh besarlah malapetaka bagi
kita para imam apabila jiwa kita membeku.” Adapun yang dimaksudkannya dengan
perkataan itu ialah apabila si gembala menganggap keadaan dosa yang merajalela
di tengah kawanan domba dianggap sebagai barang biasa!” Untuk itu ia selalu
siap sedia memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa-jiwa karena inilah tugas seorang
gembala yang pertama dan terbesar, primum et maximum. Dalam mendampingi
pengakuan dosa, Santo YMV hanya memberikan kepada para peniten sebagian kecil
dari penitensinya, sisanya ia sendiri yang akan menjalankannya sebagai ganti
mereka.
Refleksi
Singkat Sebagai Penutup
Ketika saya merefleksikan segala kehidupan dan ajaran Santo
YMV, saya berpikir dalam hati, Mengapa dan apa yang membuat Santo YMV mempunyai
cinta kegembalaan yang begitu besar kepada umatnya? Banyak sekali jawaban yang
muncul dalam pikiran saya. Namun, ketika saya mencari jawabannya pada Sabda
Tuhan sendiri, saya menemukan bahwa pada hari pentahbisannya menjadi imam,
Santo YMV termasuk orang yang mendengarkan bisikan Tuhan yang lembut dan manis,
“Iam non dicam vos servos, sed amicos!” – Kamu tidak akan kusebut hamba
lagi, melainkan sahabatku (Yoh 15:15). Menjadi seorang imam ialah menjadi
sahabat Tuhan yang dengan kepenuhan hati turut serta dalam karya penggembalaan.
Cinta kepada Tuhan seharusnya menjadi dasar motivasi penggembalaan, sama
seperti Paus pertama kita Petrus yang ditanya tiga kali oleh Tuhan Yesus,
‘Apakah Engkau mencintai Aku?’ dan ketika jawaban diberikan, Tuhan Yesus
menyambungnya kembali dengan perintah untuk ‘Gembalakanlah domba-dombaku!”.
Secara umum???? nd ada nama lain??
BalasHapusthank
BalasHapussangat membantu
terima kasih!!!!
BalasHapus